Langsung ke konten utama

Postingan

Kepalsuan Relativisme Postmodern

Muriwali Yanto Matalu POSTMODERNISME Postmodern adalah era setelah era Modern, dan juga mengacu kepada satu filsafat yang merupakan perlawanan terhadap filsafat Modern. Salah satu hal yang penting untuk kita ketahui mengenai perbedaan kedua filsafat ini adalah masalah kemutlakan dan relativitas. Filsafat Modern menerima dan mempercayai adanya kebenaran yang bersifat mutlak dan obyektif. Sedangkan filsafat Postmodern menerima dan mempercayai bahwa kebenaran bersifat relatif. Tentu saja penerimaan filsafat Modern akan kebenaran yang bersifat mutlak dan obyektif sejalan dengan iman Kristen. Namun satu perbedaan yang tidak mungkin terseberangi adalah bahwa filsafat Modern mengacu atau menjadikan diri (manusia) sebagai titik referensi utama, sedangkan iman Kristen mengacu atau menjadikan Allah sebagai titik referensi utama. Perbedaan semacam ini persis terjadi juga dengan gerakan renaissance yang bersifat humanis dengan gerakan reformasi yang bersifat teosentris pada beberapa ab

Pembelaan Terhadap Doktrin Tritunggal

Oleh: Muriwali Yanto Matalu Makalah ini disajikan di dalam acara Dialog Lintas Agama yang diadakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2014, di Universitas Widya Gama Malang. Tema: Menguji Keabsahan Teologis antara Tauhid dan Tritunggal. PENDAHULUAN Pertama-tama saya akan menyatakan posisi saya di dalam dialog ini, bahwa dialog semacam ini hanya bermanfaat jika kita lakukan dengan satu prinsip yang benar. Prinsip itu adalah prinsip toleransi. Apakah toleransi itu? Penganut paham pluralisme baik dari pluralisme Kristen atau Islam atau Hindu dan Budha, mengatakan bahwa semua agama adalah sama. Jika semua agama sama maka marilah kita tidak usah ribut-ribut dan marilah kita bekerja sama. Inilah toleransi bagi mereka. Namun toleransi semacam ini saya tolak dengan tegas. Ini bukan toleransi, tetapi satu kompromi yang mengorbankan dan bahkan memperkosa hakekat masing-masing agama. Islam menegaskan Tauhid. Kristen percaya kepada Allah Tritunggal. Hindu meyakini Brahman (pada hakekatnya perjuang